SELAMAT DATANG DI FKA ESQ PAPUA " Sekretariat : Jl. Drs.Krisno No. 4 Angkasapura - Jayapura Telp. 0967-522999 Fax. 0967-521058 Telp / Fax :0967-534941, 550661"

Selasa, 05 Oktober 2010

Lintasan Hati

Salam persaudaraan,

"Ada segumpal daging didalam diri, bila daging itu jelek, maka jelek pulalah seluruh diri kita, jika segumpal daging itu baik, baik pulalah seluruh diri kita, itulah qolbu/hati"

"Allah tidak melihat wajahmu, tidak melihat hartamu, tetapi yang dilihat adalah hatimu"

Titik sentral pada diri manusia adalah hatinya masing-masing. Bukan dalam pengertian hati (lever) seperti dalam pemahaman kedokteran, dan juga bukan dalam arti jantung (sebagai istilah ilmiah bagi qolbun)...

Melainkan qolbu, atau hati/jantung dalam istilah maknawi atau kias...

Satu waktu ketika lukman al hakim yang bijaksana menyamar menjadi seorang budak, maka dia diperintahkan untuk memotong sapi beberapa ekor, dan setelah itu ia diperintah oleh majikannya,"potongkan aku daging sapi yang paling baik ..."
Ia potong jantungnya dan diberikan kepada majikannya...
Kemudian majikannya memerintahkan kembali,"potong daging sapi yang paling jelek!", sekali lagi ia kembali dan memotong jantung sapi lagi
Majikan yang heran kemudian bertanya,"Mengapa aku suruh kamu memotong daging yang paling baik, kamu potongkan aku jantungnya dan ketika aku minta daging yang paling jelek kamu potongkan jantung sapi lagi?"
Lukman berkata,"Tuanku, sesungguhnya perlambang bagi manusia, jika jantung maknawinya baik, maka baik pula seluruh dirinya dan jika jantung maknawinya jelek, jelek pula seluruh dirinya"

Seorang peneliti pernah menyelidiki, jantung manusia yang jahat dengan jantung manusia yang baik, tidak ada bedanya secara phisik..sebab memang bukanlah baik jantungnya secara fisik yang menjadi tolok ukurnya...

Di dalam hati manusia, Imam Ghozali pernah menjelaskan bahwa ada yang disebut Khotir, atau lintasa hati. Sebab jamak, maka disebut khowatir (khawatir bhs Indonesia), lintasan-lintasan hati.

Disederhanakan oleh Imam Ghozali bahwa lintasan hati itu ada 4 macam :
1. Lintasan hati yang berasal dari Allah
2. Lintasan hati yang berasal dari Malaikat
3. Lintasan hati yang berasal dari hawa atau keinginan jasmani dan
4. Lintasan hati yang berasal dari Iblis..

Manakah diantara lintasan-lintasan itu yang sering mendorong hati kita untuk berbuat sesuatu?
apakah lintasan yang positif ? (dari Allah atau Malaikat ?)
dan apakah lintasan yang negatif (dari hawa atau iblis) yang mendorong hati kita untuk berbuat sesuatu?

Bagian yang tidak mudah, keahlian yang tidak mudah yang sekarang ini jarang sekali orang bisa memilah-milah lintasan2 hatinya...
Tampaknya Baik belum tentu sumbernya lintasan hati itu dari Allah, dan tampaknya buruk belum tentu sumber lintasan itu dari Iblis...
"Mungkin yang menurut kamu baik, belum tentu baik bagi Allah dan yang menurutmu tidak baik, mungkin itu baik menurut Allah"

AKAL adalah alat dari pada hati...letaknya BUKAN di OTAK...AKAL ada di dalam hati, tetapi ALAT yang dipakai sebagai sarana memang adalah otak.

Seorang doktor psikolog PHD, telah melakukan penelitiannya selama 30 tahun, dan ia menangani pasien seorang yang mengalami kecelakaan, separo dari otaknya hancur/rusak. Ketika si pasien sembuh dengan keadaan separo otaknya hancur, ternyata kecerdasannya tidak berubah, dan ia kemudian menyimpulkan bahwa "Ada hubungan antara hati/jantung maknawi dengan akal pikir"

Bukan lagi ada hubungan,melainkan memang lah akal itu adalah alat daripada hati.
Di dalam hati ini ada 3 anugrah besar yang diberikan oleh Allah sebagai sarana untuk hidup, yaitu Pikir, Kemauan dan Rasa...
Ahli Pikir maka menjadilah dia ilmuwan seperti hawking, einsten, marie Currie,dll.
Ahli kemauan yakni kemauan yang kuat akan menjadi tokoh dengan ambisinya, seperti hitler, sukarno, mussolini, mc artur,dll.
Dan ahli rasa akan menjadi tokoh2 yang ahli didalam masalah olah rasa, seperti ahli spiritual, ahli seni,dll.

Hanya para Nabi lah yang memiliki ketiga hal itu secara kuat, pikir. kemauan dan karsa

(demikian dalam bahasa yang berbeda disampaikan oleh hamka)

nah, aqli atau akal itu artinya adalah ikatan, yang mengikat ketiga hal tersebt yakni pikir, kemauan dan rasa..
pengikatnya atau aqlinya adalah agama. Jadi sebab itulah agama hanya berlaku bagi orang2 yang berakal. Berakal pikir, berakal kemauan dan berakal rasa.
Tidak terkena hukum agama bagi orang2 yang tidak berakal.

Setelah dari dorongan hati, akal tergerak, maka yang awal dipakailah sarana otak sebelah kanan, yang berbicara tentang intuitif, firasat, imajinasi, dll, dan setelah menggunakan otak sebelah kanan, mulailah diproses/digunakan otak sebelah kiri, yang runtut, ilmiah, logis, urut, dll.
Demikianlah yang terjadi dikala seorang anak belum akil baligh, dorongan hati dan penggunaan otak kanan yang dominan. Sedangkan setelah terkena pendidikan ilmiah, maka mulailah pelatihan terhadap otak sebelah kiri dilakukan. Bertahun-tahun kemudian, setelah penggunaan otak kiri yang dominan, maka fungsi otak kanan mulai jarang dipakai..sehingga "suara hati" semakin tertutup oleh pemikiran2 yang logis dan ilmiah..

Ada yang luput dari perhatian orang banyak, mengapakah bacaan quran itu dari kanan ke kiri? dan tidak dari kiri ke kanan seperti umumnya yang sekarang ini kita baca huruf latin?
Mungkin Jepang sudah menyadari akan hal ini dan sekarang komik2 Jepang sudah dibuat dengan cara membaca dari kanan ke kiri...
Sayang orang Islam sendiri sedikit yang tahu...

Bacaan dari kanan ke kiri, secara tidak sadar maka kita melatih penggunaan otak kanan terlebih dahulu dengan kemudian baru menggunakan otak sebelah kiri.

Anda tahu apa pengaruhnya?
Ketika kita terbiasa menggunakan otak sebelah kiri, yang ilmiah, yang runtut yang logis, dll, maka cara berpikir leterlijk sudah kita tanamkan pada diri kita. Pengaruh-perngaruh dari sumberan luar yang melalui panca indera akan besar pengaruhnya pada diri kita.
Sumberan dari penglihatan yang kemudian di proses di otak kiri, akan membentuk networking neuron-neuron yang ada di otak...yang semakin lama semakin kuat dan semakin menguat..
Sumberan dari telinga, bisikan-bisikan kemudian akan di proses di otak kiri dan membentuk jembatan yang kuat antara neuron-neuron yang semakin lama semakin menguat dan semakin menguat...
Dan dari sanalah, dengan semakin menguatkan jaringan2 antara neuron2 di dalam otak, karena kita terbiasa, maka kita akan menganggap itu sebagai sebuah kebenaran.
Padahal itu hanyalah kebenaran yang semua disebabkan karena kita sudah familiar saja dengan sesuatu tersebut. Hanya karena kita sudah terbiasa dengan pemahaman tersebut.
Kebiasaan-kebiasaan, jawaban-jawaban, pemahaman-pemahaman, pengertian-pengertian yang sudah kita biasakan dan membentuk jaringan di dalam otak kita itu, maka akan kita anggap sebagai sebuah kebenaran. yang semakin lama semakin lama akan membentuk keyakinan di dalam diri kita dan kalau sudah mengkristal, maka keyakinan kita itu tidak berobah di sebabkan karena hal yang sudah terbiasa kita dapatkan di dalam pemahaman otak.

Coba renungi, apa yang dikatakan oleh menteri penerangan jerman di PD II."Kebenaran adalah 62.000 x kebohongan."

Bagaimana kita akan mendapatkan kebenaran yang hakiki jika kita hanya berdasar kepada apa yang ada di akal pikir kita yang itu bersumber dari informasi-informasi dari luar saja:?

informasi, pengetahuan, keilmuan, pemahaman apalah itu yang sumbernya dari luar, atau dari pancaindera, itulah yang membentuk "Fram of Reference" dan pengalaman2 yang sudah kita alami selama kita hidup, dan itu akan diingat dalam memori, membentuk jaringan tersendiri yang menyambungkan neuron2 juga didalam otak kita, itulah yang menimbulkan "Field of Experience" dan menurut umum, sebagaimana disebutkan oleh Water Lippman, itulah yang menimbulkan "Picture in Our head"

tetapi jangan dilupakan bahwa peneliti barat yang masih berkutat dipenyelidikan tentang otak tidak memahami, siapakah yang melakukan fungsi kontrol terhadap otak..
Pertanyaan ini masih menjadi awan gelap bagi mereka,
apakah yang mengontrol kerja otak ada di dalam otak juga?
sudah diketahui memang bahwa yang mengontrol kerja fisik adalah otak, tetapi siapakah yang mengontrol otak? siapakah atau bagian manakah yang menjadi trigger bagi otak ?

Itu tergantung kepada lintasan-lintasan hati...
Pabila hati dikuasai oleh Allah atau malaikatNya, sederhanakan dikuasai oleh hal yang baik, maka jalan otak didalam menelusuri jembatan neuronnya akan mengarah kepada hal yang baik...
dan jika hati dikuasai oleh dorongan hawa nafsu atau dikuasai oleh iblis, maka jalan otak akan menelusuri jembatan neuron yang negatif juga, mengarah kepada hal yang jelek...

Masihkah kita sulit memahami bahwa benar apa yang disampaikan oleh Muhammad,"jika segumpal daging itu jelek, maka jelek pula seluruh dirinya dan jika segumpal daging itu jelek, maka jelek pula seluruh dirinya?"

Sayang, cara berpikir dengan menggunakan otak kiri, dengan diperkuat dengan pembacaan dari kiri ke kanan, sudah sedemikian kuat sehingga telah menjadi imam di dalam otak kita....sehingga sulitlah kita lepas dari "picture in our head" yang disebabkan karena "frame of reference" dan "field of experience" yang kita dapatkan dari sumber2 luar melalui pancaindra..dan ini mayoritas telah terjadi pada diri manusia...
Ditambah dengan hati kita yang tidak pernah dibersihkan dari lintasan-lintasan hati yang berasal dari nafsu, dan tidak pernah dibersihkan dari lintasan2 hati yang berasal dari iblis...
Lalu, bagaimanakah kita akan mendapatkan kebenaran yang sejati ?

Aturan, koridor, hukum2, syariat, norma diperlukan adanya untuk mengikat, mengatur, menjaga akal pikir dari pembentukan jaringan neuron yang negatif.
Aturan, koridor dan hukum, syariat, norma diperlukan untuk Pembentukan "Field of Experience" yang benar, dan pembentukan Frame of reference" yang sesuai sehingga terbentuklah "Picture in Our head" yang sesuai dengan kebenaran yang dikehendaki,
Tetapi apa yang terjadi jika hati masih dikuasai oleh lintasan hawa nafsu dan iblis ???

Misalnya akal pikir begitu kuat mengajak berpikir negatif, tetapi hati mengalihkannya untuk berpikir positif, maka akal pikirpun akan sulit berpikir yang negatif..
Tetapi meskipun akal pikir diajak berpikir positif, dibuatlah aturan-aturan yang menakutkan bagi akal pikir, seandainya hati mengajak negatif, tetap saja perbuatan akan negatif..

"Hati adalah Raja, dan AKAL adalah Perdana Menterinya, serta yang lain adalah rakyatnya. Jika Yang Menduduki Singgasana adalah Hawa nafsu, dorongan kepentingan jasmani, materi, maka akan diperintah bagaimanakah perdana mentrinya? akan diperintah bagaimanakah akalnya? dan akan dibawa kemana rakyatnya?.....
Dan ketika Raja yang berkuasa di dalam hati adalah Yang mahay Bijaksana, Maha ROhman Maha ROhim, Maha Suci, dll, maka AKAL perdana mentrinya akan diperintah bagaimanakah? dan rakyat akan dibawa kemana?"

Bagaimana engkau mengatakan kekuasaan ada ditangan rakyat? sementara tetap yang berkuasa adalah sang Raja?

Raja hati bijaksana dan baik yang berkuasa, maka perdana mentri pikiran akan mengikuti dan rakyatpun akan mentaati,
tetapi Raja yang jahat dan menyesatkan yang berkuasa, maka meski perdana mentrinya baik sebab aturannya baik, tetap saja perintah sang Raja yang akan dilaksanakan, dan tampaklah bahwa rakyatnya juga akan mentaati Raja yang jahat dan menyesatkan itu.


Sumber millis surau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hubungi Kami via E-mail


Nama
Alamat e-mail
Subject
Message
Image Verification
Please enter the text from the image
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

 

blogger templates | Dokter PC in Jayapura